🐽 Puisi Guru Karya Taufik Ismail

Jikapuisi pendidikan sebelumnya mengisahkan tentang kontribusi seorang guru, namun puisi ini justru menyiratkan bahwa kita semua adalah guru. Puisi pendidikan demokrasi adanya cocok disematkan kepada puisi karya Taufik Ismail di atas. Beliau dengan jelas membandingkan suasana pemilihan umum yang terjadi di awal kemerdekaan.
Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail - Here's Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail collected from all over the world, in one place. The data about Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail turns out to be....puisi pendidikan karya taufik ismail, riset, puisi, pendidikan, karya, taufik, ismail LIST OF CONTENT Opening Something Relevant Conclusion Recommended Posts of Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail Conclusion From Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail - A collection of text Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail from the internet giant network on planet earth, can be seen here. We hope you find what you are looking for. Hopefully can help. Thanks. See the Next Post

ANTARAFOTO/M Risyal Hidayat/ama/15. Kumpulan puisi tentang 17 Agustus, ada karya Chairil Anwar hingga Taufiq Ismail. Seluruh masyarakat akan merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus besok. Ada banyak cara untuk merayakan HUT ke-76 RI di tengah pandemi, seperti mengikuti upacara Detik-Detik Proklamasi

- Masih dalam edisi Hari Guru Nasional 25 November 2021 Artikel kali ini akan menyajikan tentang contoh puisi Hari Guru Nasional 2021 karya Chairil Anwar, Gus Mus, dan Taufik Ismail. Dilansir dari beberapa sumber, berikut 5 puisi bertemakan Hari Guru Nasional 2021 terbaik dan menyayat Hati Baca Juga 15 Link Twibbon Hari Guru Nasional 25 November 2021, Cocok Dibuat Status di Media Sosial 1. Puisi Guru Karya Chairil Anwar Terima kasih, GuruUntuk teladan yang telah kau berikanAku selalu mempertimbangkan semua yang kau pikirkanDan pertimbangkan itu semua pada karakter pribadiku Aku mau menjadi sepertimuPintar, menarik, dan gemesinPositif, percaya diri, protektif Aku mau menjadi sepertimuBerpengetahuan, pemahaman yang dalamBerpikir dengan hati dan juga kepalaMemberikan kami yang terbaikDengan sensitif dan penuh perhatianAku mau menjadi sepertimuMemberikan waktumu, energi, dan bakatmuUntuk harapan masa depan yang cerahPada kita semua Terima kasih, GuruKau telah membimbing kamiAku mau menjadi sepertimu Baca Juga Link Download Logo Hari Guru Nasional 2021 Versi Kemenag Lengkap Tema, Free Download di Sini 2. Guruku Nomor Satu Karya Chairil Anwar Dengan namamu yang pengasih dan bahagia karena kamu adalah gurukuAku menikmati setiap pelajaran yang kamu ajarkanSebagai seorang teladan, kamu menginspirasikuUntuk bermimpi, untuk bekerja dan untuk menggapai Terkini
karya: Taufik Ismail. A. Unsur Intrinsik. Dalam puisi "Kerendahan Hati" karya Taufik Ismail menceritakan tentang kehidupan yang baik untuk seseorang yaitu menjadi pribadi yang rendah hati dan dalam hidupnya bisa selalu bermanfaat bagi orang lain, selalu menjadi diri sendiri sebaik-baiknya diri sendiri. – Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kumpulan puisi karya Taufik Ismail lengkap dan terbaik. Taufik Ismail adalah tokoh terkenal yang dikenal sebagai seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang bergelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 25 Juni 1935. Sepanjang karirnya, beliau sudah memperoleh penghargaan atas karyanya. Banyak penggemar Taufik Ismail dan salah satu karyanya yang terkenal adalah puisi yang berjudul Malu Aku jadi Orang Indonesia. Setiapnya karyanya mempunyai makna yang dalam dan sangat luar biasa. Karyanya memberikan pengaruh besar bagi generasi muda untuk memajukan dan memperjuangkan bangsa. Itulah tadi sedikit tentang Taufik Ismail, beliau menjadi tokoh terkenal dengan sekumpulan puisi karyanya yang dapat memotivasi banyak orang. Bagi kalian yang sedang mencari kumpulan puisi, saya sangat merekomendasikan untuk mencari puisi karya Taufik Ismail sebagai motivasi hidup agar menjalani hidup menjadi lebih semangat. Di artikel ini saya sudah menyiapkan kumpulan puisi karya Taufik Ismail yang bisa Anda gunakan untuk motivasi diri atau bisa juga untuk status di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan media sosial lainnya agar teman atau orang yang membaca status Anda ikut termotivasi dan memberikan pengaruh baik bagi pembacanya. Baca juga Contoh Pantun Tentang Lingkungan Hidup Kumpulan Puisi Karya Taufik Ismail Lengkap Terbaik Selain di upload di media sosial, puisi karya Taufik Ismail yang terdapat di artikel ini bisa Anda gunakan untuk mengerjakan tugas sekolah atau bisa untuk acara-acara yang membacakan sebuah puisi yang berkesan. Tentunya jangan lupa tidak ada perubahan dalam jika hanya membaca puisi saja, imbangilah dengan aksi, perbuatan, dan jangan lupa direncanakan terlebih dahulu agar berjalan dengan baik. Anda bisa melihat-lihat terlebih dahulu puisi di bawah dan jika Anda tidak ingin susah melakukan salin dan tempel teks untuk keperluan pribadi, Anda bisa mengunduhnya dengan melakukan klik link download yang sudah saya sediakan, berikut linknya Download Puisi Karya Taufik Ismail. Puisi 1 Kembalikan Indonesia PadakuTaufiq Ismail Paris, 1971 Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malamdengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelamlantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renangsambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelamdan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,Kembalikan Indonesia padaku Puisi 2 Mencari Sebuah MesjidTaufiq Ismail Jeddah, 30 Januari 1988 Aku diberitahu tentang sebuah masjidyang tiang-tiangnya pepohonan di hutanfondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat tersangkutnya awandan kubahnya tembus pandang, berkilauandigosok topan kutub utara dan selatan Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparandihiasi dengan ukiran kaligrafi Qurandengan warna platina dan keemasanberbentuk daun-daunan sangat beraturan serta sarang lebah demikian geometriknyaranting dan tunas jalin berjalinbergaris-garis gambar putaran angin Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranyamenyentuh lapisan ozondan menyeru azan tak habis-habisnyamembuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepasdisulam malaikat menjadi renda-renda benang emasyang memperindah ratusan juta sajadahdi setiap rumah tempatnya singgah Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di manabila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnyaengkau berjalan sampai waktu asartak bisa kau capai saf pertama sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktubershalatlah di mana sajadi lantai masjid ini, yang luas luar biasa Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnyayaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnyadan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnyadi bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlianyang menyimpan cahaya matahari kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturanke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang bergunadi sebuah pustaka yang bukunya berjuta-jutaterletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnyatempat orang-orang bersila bersamadan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbukadan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikandalam simpul persaudaraan yang sejatidalam hangat sajadah yang itu jugaterbentang di sebuah masjid yang mana Tumpas aku dalam rinduMengembara mencarinyaDi manakah dia gerangan letaknya ? Pada suatu hari aku mengikuti matahariketika di puncak tergelincir dia sempatlewat seperempat kuadran turun ke baratdan terdengar merdunya azan di pegunungan dan aku pun melayangkan pandanganmencari masjid itu ke kiri dan ke kananketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungandia berkata Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan¡ dia menunjuk ke tanah ladang itudan di atas lahan pertanian dia bentangkansecarik tikar pandankemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran airnya bening dan dingin mengalir beraturantanpa kata dia berwudhu duluanaku pun di bawah air itu menampungkan tanganketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan hangat air terasa, bukan dingin kiranyademikianlah air pancuranbercampur dengan air matakuyang bercucuran. Baca juga Kumpulan Kartu Ucapan Hari Kesaktian Pancasila Puisi 3 Seorang Tukang Rambutan Pada IstrinyaTaufik Ismail 1966 Tadi siang ada yang mati,Dan yang mengantar banyak sekaliYa. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolahYang dulu berteriak dua ratus, dua ratus! Sampai bensin juga turun harganyaSampai kita bisa naik bis pasar yang murah pulaMereka kehausan datam panas bukan mainTerbakar muka di atas truk terbuka Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, buBiarlah sepuluh ikat jugaMemang sudah rezeki merekaMereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan Seperti anak-anak kecil“Hidup tukang rambutan!” Hidup tukang rambutaniDan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki sayaDan ada yang turun dari truk, bu Mengejar dan menyalami sayaHidup pak rambutan sorak merekaSaya dipanggul dan diarak-arak sebentar“Hidup pak rambutan!” sorak mereka Terima kasih, pak, terima kasih!Bapak setuju karni, bukan?Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicaraDoakan perjuangan kami, pak, Mereka naik truk kembaliMasih meneriakkan terima kasih mereka“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!”Saya tersedu, bu. Saya tersedu Belum pernah seumur hidupOrang berterima-kasih begitu jujurnyaPada orang kecil seperti kita. Baca juga Kumpulan Puisi Sajak Cinta Islami Menyentuh Hati Puisi 4 Malu Aku Jadi Orang IndonesiaTaufik Ismail 1998 I Ketika di Pekalongan, SMA kelas tigaKe Wisconsin aku dapat beasiswaSembilan belas lima enam itulah tahunnyaAku gembira jadi anak revolusi Indonesia Negeriku baru enam tahun terhormat diakui duniaTerasa hebat merebut merdeka dari BelandaSahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,Whitefish Bay kampung asalnya Kagum dia pada revolusi IndonesiaDia mengarang tentang pertempuran SurabayaJelas Bung Tomo sebagai tokoh utamaDan kecil-kecilan aku nara-sumbernya Dadaku busung jadi anak IndonesiaTom Stone akhirnya masuk West Point AcademyDan mendapat dari Rice UniversityDia sudah pensiun perwira tinggi dari Army Dulu dadaku tegap bila aku berdiriMengapa sering benar aku merunduk kini II Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serakHukum tak tegak, doyong berderak-derakBerjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs 0‡7lys¨¦es dan MesopotamiaDi sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamataDan kubenamkan topi baret di kepalaMalu aku jadi orang Indonesia. III Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasiberterang-terang curang susah dicari tandingan,Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakeksecara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasilebih separuh masuk kantung jas safari,Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,agar orangtua mereka bersenang hati,Di negeriku penghitungan suara pemilihan umumsangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dansandiwara yang opininya bersilang tak habisdan tak utus dilarang-larang, Di negeriku dibakar pasar pedagang jelatasupaya berdiri pusat belanja modal raksasa,Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah,kelak perencana dan pembunuh itu di dasar nerakaoleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,kabarnya dengan sepotong SKsuatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkotacuma karena sebagian sangat kecil bangsa kitatak pernah bersedia menerima skor pertandinganyang disetujui bersama, Di negeriku rupanya sudah diputuskankita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecilkarena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,Di negeriku ada pembunuhan, penculikandan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz dan Irian,ada pula pembantahan terang-teranganyang merupakan dusta terang-terangandi bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagaisaksi terang-terangan,Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilangmenyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi. baca juga Dongeng Tentang Hubungan LDR Fachrul dan Tantri Request IV Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serakHukum tak tegak, doyong berderak-derakBerjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs 0‡7lys¨¦es dan MesopotamiaDi sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamataDan kubenamkan topi baret di kepalaMalu aku jadi orang Indonesia. Puisi 5 Kita Adalah Pemilik Sah Republik IniTaufik Ismail 1966 Tidak ada pilihan lainKita harusBerjalan terusKarena berhenti atau mundur Berarti hancurApakah akan kita jual keyakinan kitaDalam pengabdian tanpa hargaAkan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang laluDalam setiap kalimat yang berakhiranDuli Tuanku ?¡ Tidak ada lagi pilihan lainKita harusBerjalan terusKita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuhKita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsaraDipukul banjir, gunung api, kutuk dan hamaDan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu sloganDan seribu pengeras suara yang hampa suaraTidak ada lagi pilihan lainKita harusBerjalan terus. Puisi 6 Surat Ini Adalah Sebuah Sajak TerbukaTaufik Ismail 1965 Surat ini adalah sebuah sajak terbukaDitulis pada sebuah sore yang biasa. OlehSeorang warganegara biasaDari republik ini Surat ini ditujukan kepadaPenguasa-penguasa negeri ini. Mungkin diaBernama Presiden. Jenderal. dia Ketua MPRS Taruhlah dia anggota DPRAtau pemilik sebuah perusahaan politikbernama partaiMungkin dia Mayor, Camat atau Jaksa Atau Menteri. Apa sajalah namanyaMalahan mungkin dia saudara sendiri Jika ingin saya tanyakan adalahTentang harga sebuah nyawa di negara kitaBegitu benarkah murahnya? AgaknyaSetiap bayi dilahirkan di Indonesia Ketika tali-nyawa diembuskan Tuhan ke pusarnyaDan menjeritkan tangis-bayinya yang pertamaKetika sang ibu menahankan pedih rahimnyaDi kamar bersalin Dan seluruh keluarga mendoa dan menanti inginAkan datangnya anggota kemanusiaan baru iniKetika itu tak seorangpun tahu Bahwa 20, 22 atau 25 tahun kemudianBayi itu akan ditembak bangsanya sendiriDengan pelor yang dibayar dari hasil bumiSerta pajak kita semua Di jalan depan kampus atau di mana sajaDan dia tergolek di sana jauh dari ibu, yangMelahirkannya. Jauh dari ayahnyaYang juga mungkin sudah tiada Bayi itu pecahlah dadanya. Mungkin tembus keningnyaDarah telah mengantarkannya ke duniaDarah kasih sayangDarah lalu melepasnya dari duniaDarah kebencian Yang ingin saya tanyakan adalahTentang harga sebuah nyawa di negara kitaBegitu benarkah gampangnya?Apakah mesti pembunuhan itu penyelesaian Begitu benarkah murahnya? Mungkin sebuahNama lebih pentingDisiplin tegang dan keringMungkin pengabdian kepada negara asing Lebih pentingMungkin Surat ini adalah sebuah sajak terbukaMaafkan para studen sastra. Saya telah Menggunakan bahasa terlalu biasaUntuk puisi ini. Kalaulah ini bisa disebut puisiMaalkan saya menggunakan bahasa terlalu biasaKarena pembunuhan-pembunuhan di negeri inipun Nampaknya juga sudah mulai terlalu biasaKita tak bisa membiarkannya lebih lama Kemudian kita dipenuhi pertanyaanBenarkah nyawa begitu murah harganya?Untuk suatu penyelesaianBenarkah harga-diri manusia kita Benarkah kemanusiaan kitaBegitu murah untuk umpan sebuah pidatoSebuah ambisiSebuah ideologi Sebuah coretan sejarahBenarkah? Puisi 7 0630Taufik Ismail 1965 Di pusat HarmoniPada papan adpertensiArloji CastellTertulis begini Dunia KiniMembutuhkan Waktu Yang Tepat¡ Di belakangnya langit pagiTembok sungai dan kawat berduriPengawalan berjaga. Di istana Arloji CastellBerkata pada setiap yang lewatDunia KiniMembutuhkan Waktu Yang Tepat¡. Puisi 8 BentengTaufik Ismail 1966 Sesudah siang panas yang meletihkanSehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balasDan kita kembali ke karnpus ini berlindungBersandar dan berbaring, ada yang merenung Di lantai bungkus nasi bertebaranDari para dermawan tidak dikenalKulit duku dan pecahan kulit rambutanLewatlah di samping Kontingen Bandung Ada yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-manaSemuanya kumal, semuanya tak bicaraTapi kita tldak akan terpatahkanOleh seribu senjata dari seribu tiran Tak sempat lagi kita pikirkanKeperluan-keperluan kecil seharianStudi, kamar-tumpangan dan percintaanKita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malamKita mesti siap saban waktu, siap saban jam. Puisi 9 Pengkhianatan Itu Terjadi Pada TanggalTaufik Ismail 1966 Pengkhianatan itu telah terjadiPengkhlanatan itu terjadi pada tanggal 9 MaretAda manager-manager politikAda despot yang lalim Ada ruang sidang dalam istanaAda hulubalangSerta senjata-senjata Senjata imajiner telah dibidikkan ke kepala mereka tapi la la ladi sana tak ada kepalatapi hu hu hutak ada kepala di atas bahu Adalah tempolong ludahSipoa kantor dagangKeranjang sampahMelayang layang Ada pernyataan otomatikAda penjara dan maut imajinerGenerasi yang kocakUsahawan-usahawan politik yang kocak¡­ Ruang sidang dalam istanaLa la latempolong ludah tak berkepalaHu hu hu keranjang sampah di atas bahuAngin menerbangkan kertas-kertas statemen TerbangMelayang layang. Puisi 10 Malam SabtuTaufik Ismail 1966 Berjagalah terusSegala kemungkinan bisa terjadiMalam ini Maukah kita dikutuk anak-cucuMenjelang akhir abad iniKarena kita kini berserah diri?Tidak. Tidak bisa Tujuh korban telah jatuh. DibunuhAda pula mayat adik-adik kita yang dicuriDipaksa untuk tidak dimakamkan semestinyaApakah kita hanya akan bernafas panjang Dan seperti biasa sabar mengurut dada?Tidak. Tidak bisa Dengarkan. Dengarkanlah di luar ituSuara doa berjuta-jutaRakyat yang resah dan menantiMereka telah menanti lama sekaliMenderita dalam nyeriMereka sedang berdoa malam iniDengar. Dengarlah hati-hati. Puisi 11 Rendez – C VousTaufik Ismail 1966 Sejarah telah singgahKe kemah kamiIa menegur sangat ramahDan mengajak kami pergi Saya sudah mengetuk-ngetukPintu yang lain,¡KatanyaTapi amat heranMereka berkali-kali menolakkuDi ambang pintu.¡ Klni kami beratus-ribuMengiringkan langkah SejarahDalam langkah yang seruDan semakin cepatSemakin dahsyatMenderu-deruDalam angin berputarBadai peluruTopan bukit batu! Puisi 12 Bendera LaskarTaufik Ismail 1966 Kali pertama, di halaman kampus, pagi ituTelah berkibar bendera laskarBerkibar putih bagai megaDengan garis-garis yang merahKarena telah dibayar dengan darah Dia telah mendengar teriakan kitaSepanjang jalan-jalan rayaDi atas truk tanpa tendaDi atas jip, di depan pawai-pawai semuaDia selalu mendahului kita Dalam setiap gerakanKepadanya berbagi nestapa kitaDuka setengah tiangDuka sejarah rnanusiaYang telah lama dihinakanDan dimelaratkan Di depan markas, berkibar bendera laskarKami semua melambaimuHai kawan dan lambang kami yang setiaLambailah sejarah dari atas sanaBuat kami satu laskarBuat generasi yang kukuh dan kekar. Puisi 13 Dengan Puisi, AkuTaufik Ismail 1966 Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawala Dengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan DatangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya Puisi 14 La Strada, Atau Jalan Terpanggang IniTaufik Ismail 1966 Kini anak-anak itu telah berpawai pulaDipanggang panas matahari ibukotaSetiap lewat depan kampus berpagar senjataMereka berteriak dengan suara tinggiHidup kakak-kakak kami!¡ Mereka telah direlakan ibu bapaWarganegara biasa negeri iniYang melepas dengan doaSetiap pagi Kaki-kaki kecil yang tak kenal lelahKini telah melangkahkan sejarah. Puisi 15 SilhuetTaufik Ismail 1965 Gerimis telah menangisDi atas bumi yang lelahAngin jalanan yang panjangTak ada rumah. KIta tak berumahKita hanya bayang-bayang Gerimis telah menangisDi atas bumi yang letihDi atas jasad yang pedihKita lapar. Kita amat laparBayang-bayang yang lapar Gerimis telah menangisDi atas bumi yang sepiSehabis pawai genderangAngin jalanan yang panjangMenyusup-nyusupMenusuk-nusukBayang-bayang berjutaBerjuta bayang-bayang Di bawah bayangan pilarDi bawah bayangan emasBerjuta bayang-bayangMenangisi gerimis Menangisi gunung apiKabut yang unguMembelai perlahanHutan-hutanDi selatan. Puisi 16 Bukit Biru, Bukit KeluTaufik Ismail 1965 Adalah hujan dalam kabut yang unguTurun sepanjang gunung dan bukit biruKetika kota cahay dan di mana bertemuAwan putih yang menghinggapi cemaraku Adalah kemarau dalam sengangar berdebuTurun sepanjang gunung dan bukit keluKetika kota tak bicara dan terpakuGunung api dan hama di ladang-ladangku Lereng-lereng senjaPernah menyinar merah kesumbaPadang hilalang dan bukit membatuTanah airku Puisi 17 PersetujuanTaufik Ismail 1966 Momentum telah dicapai. KitaDalam estafet amat panjangMenyebar benih ini di bumiTelah sama berteguh hati Adikku Kappi, engkau sangat mudaMari kita berpacu dengan sejarahDan kini engkau di muka Puisi 18 Bagaimana KalauTaufik Ismail 1966 Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,tapi buah alpukat,Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat,Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,dan ibukota Indonesia Monaco,Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari,Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikindan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra,Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga dikamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suarapercintaan anak muda, juga bunyi industri presisi danmargasatwa Afrika,Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecilmempertimbangkan protes itu, Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kitapelihara ternak sebagai penggantiBagaimana kalau sampai waktunyakita tidak perlu bertanya bagaimana lagi. Puisi 19 Dari Catatan Seorang DemonstranTaufik Ismail Yayasan Ananda, Jakarta, 1993 Inilah peperanganTanpa jenderal, tanpa senapanPada hari-hari yang mendungBahkan tanpa harapan Di sinilah keberanian diujiKebenaran dicoba dihancurknPada hari-hari berkabungDi depan menghadang ribuan lawan Puisi 20 Refleksi Seorang Pejuang TuaTaufik Ismail 1966 Tentara rakyat telah melucuti KebatilanSetelah mereka menyimak deru sejarahDalam regu perkasa mulallah melangkahKarena perjuangan pada hari-hari ini Adalah perjuangan dari kalbu yang murniBelum pernah kesatuan terasa begini eratnyaKecuali dua puluh tahun yang lalu Mahasiswa telah meninggalkan ruang-kuliahnyaPelajar muda berlarian ke jalan-jalan rayaMereka kembali menyeru-nyeru Nama kau, KemerdekaanSeperti dua puluh tahun yang lalu Spiral sejarah telah mengantarkan kitaPada titik iniTak ada seorang pun tiran Sanggup di tengah jalan mengangkat tanganDanberseru Berhenti! Tidak ada. Dan kalau pun adaTidak bisa Karena perjuangan pada hari-hari iniAdalah perjuangan dimulai dari sunyiBelum pernah kesatuan terasa begini eratnya Kecuali duapuluh tahun yang lalu. Puisi 21 Oda Bagi Seorang Sopir TrukTaufik Ismail 1966 Sebuah truk lamaDengan supir bersahajaTelah beruban dan agak bungkukDi atas stimya tertidurDi tepi jalan yang sepiDi suatu senja musim ini Dalam tidumya ia bermimpiJalanan telah rata. DitempuhnyaDengan sebuah truk baruDengan klakson yang bisa berlagu Dan di sepanjang jalananBeribu anak-anak demonstranTersenyum padanya, mengelu-elukanHiduplah bapak supir yang tuaYang dulu berjuang bersama kamiSelama demonstrasi Di tepi sebuah jalan di ibukotaKetika udara panas, di suatu senjaSeorang supir lusuh dengan truk yang tuaDuduk sendiri terkantuk-kantuk Semakin letih, semakin bungkuk. Puisi 22 Takut 66, Takut 98Taufik Ismail 1998 Mahasiswa takut pada dosenDosen takut pada dekanDekan takut pada rektorRektor takut pada menteriMenteri takut pada presidenPresiden takut pada mahasiswatakut “66, takut “98 Puisi 23 Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa PengemisTaufik Ismail 1998 Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diriGara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankanKalian bersengaja menjerumuskan kami-kamiSejak lahir sampai dewasa ini Jadi sangat tepergantung pada budayaMeminjam uang ke mancanegaraSudah satu keturunan jangka waktunyaHutang selalu dibayar dengan hutang baru pula Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuniLubang itu, alamak, kok makin besar jadiKalian paksa-tekankan budaya berhutang iniSehingga apa bedanya dengan mengemis lagi Karena rendah diri pada bangsa-bangsa duniaKita gadaikan sikap bersahaja kitaKarena malu dianggap bangsa miskin tak berhartaKita pinjam uang mereka membeli benda mereka Harta kita mahal tak terkira, harga diri kitaDigantung di etalase kantor Pegadaian DuniaMenekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersamaKepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomiDan ramai-ramailah mereka pesta kenduriSambil kepala kita dimakan beginiKita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti Dalam upacara masuk masa penjajahan lagiPenjajahnya banyak gerakannya penuh harmoniMereka mengerkah kepala kita bersama-samaMenggigit dan mengunyah teratur berirama Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagiDicengkeram kuku negara multi-kolonialis iniBagai ikan kekurangan air dan zat asamBeratus juta kita menggelepar menggelinjang Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutangKita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budayaMeminjam kepeng ke mancanegaraDari membuat peniti dua senti Sampai membangun kilang gas bumiDibenarkan serangkai teori penuh sofistikasiKalian memberi contoh hidup boros berasas gengsiDan fanatisme mengimpor barang luar negeri Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistisKalian cetak kami jadi Bangsa PengemisKetika menadahkan tangan serasa menjual jiwaTertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percayaPada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alamiKalian lah yang membuat kami jadi beginiSepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepiLalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini Puisi 24 Ketika Burung Merpati Sore MelayangTaufik Ismail Langit akhlak telah roboh di atas negeriKarena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiriKarena hukum tak tegak, semua jadi beginiNegeriku sesak adegan tipu-menipu Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur akuBergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak akuBergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung akuBergerak ke depan, dengan penipu ketanggor akuBergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhanGempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparanKemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulanJutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulanBumiku demam berat, menggigilkan air lautan Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkanPenyakit kelamin meruyak tak tersembuhkanPenyakit nyamuk membunuh bagai ejekanBerjuta belalang menyerang lahan pertanianBumiku demam berat, menggigilkan air lautan Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran apiEmpat syuhada melesat ke langit dari bumi TrisaktiGemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeriBeribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah apiMereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagiBumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri Kukenangkan tahun 1947 lama aku jalan di Ambarawa dan SalatigaBalik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di BukittinggiKuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeriSeluruh korban empat tahun revolusi Dengan Mei 1998 jauh beda, jauh kalah ngeriAku termangu mengenang iniBumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri Ada burung merpati sore melayangAdakah desingnya kau dengar sekarangKe daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikanKe ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan Di aorta jantungku, musibah bersimbah darahDi cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafaskuTapi apakah sah sudah, ini murkaMu? Ada burung merpati sore melayangAdakah desingnya kau dengar sekarang Puisi 25 Yang Selalu Terapung Di Atas GelombangTaufik Ismail 1998 Seseorang dianggap tak bersalah,sampai dia dibuktikan hukum negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu simaklah sebuah kisah, Seorang pegawai tinggi,gajinya sebulan satu setengah juta rupiah,Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam,BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah. Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan bertebaran di Menteng, Kebayoran danMacam Macam Indah,Setiap semester ganjil, isteri terangnya belanja di Hongkong dan semester genap,isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika, Anak-anaknya pegang dua pabrik,tiga apotik dan empat biro sepupu dan kemenakannyapunya lima toko onderdil, enam biro iklan dan tujuh pusat belanja,Ketika rupiah anjlok terperosok,kepleset macet dan hancur jadi bubur,dia ketawa terbahak- bahak karena depositonya dalam dolar Amerika matahari dua kali tenggelam di langit barat,jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat, Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri,maka seratus kantong plastik hitam dia masing-masing lima genggam beras,empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi. Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi,dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali, Gelombang mau datang, datanglah gelombang,setiap air bah pasang dia senantiasaterapung di atas banjir orang tenggelam tak mampu timbul lagi, lalu dia berkata begini,Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,¡ Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlahkekayaan misterius mau diperiksa,kekayaan tidak jadi diperiksa,kekayaan mau diperiksa, kekayaan tidak diperiksa,kekayaan harus diperiksa,kekayaan tidak jadi jam tua Westminster, tahun empat puluh satu diproduksi,capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri, Kemudian ide baru datang lagi,isi formulir harta benda sendiri,harus terus terang tapi,dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi, karena ini soal sangat pribadi,Selepas itu suasana hening sepi lagi,cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,Seseorang dianggap tak bersalah,sampai dia dibuktikan hukum bersalah. Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu membuktikan bersalah,kalau kulit tak dapat tak bisa dari jauh,memegang tak dapat dari dekat, Karena ilmu kiat,orde datang dan orde berangkat,dia akan tetap saja selamat,Kini lihat,di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania, seraya menghirup teh nasgiteldia duduk menerima telepondari isterinya yang sedang tur di Venezia,sesudah menilai tiga proposal,dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja, Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way,senandung lama Frank Sinatrayang kemarin baru meninggal dunia,ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta dari sangkar tergantung di atas sanadan tak habis-habisnyadi layar kaca jinggel bola Piala Dunia, Go, go, go, ale ale ale¡ Puisi 26 Syair Empat Kartu Di TanganTaufik Ismail 1988 Ini bicara blak-blakan saja, bangBuka kartu tampak tampangSehingga semua jelas membayang Monoloyalitas kamisebenarnya pada uangSudahlah, ka-bukaan saja kita bicaraKoyak tampak terkubak semua Sehingga buat apa basi dan basaSila kamiKeuangan Yang Maha EsaJangan sungkan buat apa yah-payah Analisa psikis toh cuma kwasi ilmiahTak usahlah sah-susahIdeologiku begitu jelasideologi rupiah Begini kawan, bila dadaku jalani pembedahanSetiap jeroan berjajar kelihatanSehingga jelas sebagai keseluruhanAsas tunggalkumemang keserakahan. Puisi 27 Bayi Lahir Bulan Mei 1998Taufik Ismail 1988 Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetanggaSuaranya keras, menangis berhiba-hibaBegitu lahir ditating tangan bidannyaBelum kering darah dan air ketubannyaLangsung dia memikul hutang di bahunyaRupiah sepuluh juta Kalau dia jadi petani di desaDia akan mensubsidi harga beras orang kotaKalau dia jadi orang kotaDia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya Kalau dia bayar pajakPajak itu mungkin jadi peluru runcingKe pangkal aortanya dibidikkan mendesing Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran jugaMulutmu belum selesai bicaraKau pasti dikencinginya. Puisi 28 Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040, Menjawab Pertanyaan CucumuTaufik Ismail 1998 Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei ituBersama beberapa ribu kawanmuMarah, serak berteriak dan mengepalkan tinjuBersama-sama membuka sejarah halaman satu Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baruSeraya mencat spanduk dengan teks yang seruTerpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluruDikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu Dihajar dusta dan fakta dalam berita selaluSampai kini sejak kau lahir dahuluInilah pengakuan generasi kami, katamuHasil penataan dan penataran yang kaku Pandangan berbeda tak pernah diakuDaun-daun hijau dan langit biru, katamuDaun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang ituKekayaan alam untuk bangsaku, katamu Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang ituKarena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata daduYang diguncang-guncang genggaman orang-orang ituDan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu Maka kami bergeraklah kini, katamuBerjalan kaki, berdiri di atap bis yang melajuKemeja basah keringat, ujian semester lupakan duluMemasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satuTanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil ituSudahlah, ayo kita bergerak saja duluKita percayakan nasib pada Yang Satu Itu. Puisi 29 DoaTaufik Ismail 1966 Tuhan kamiTelah nista kami dalam dosa bersamaBertahun membangun kultus iniDalam pikiran yang gandaDan menutupi hati nurani Ampunilah kamiAmpunilahAmin Tuhan kamiTelah terlalu mudah kamiMenggunakan asmaMuBertahun di negeri iniSemogaKau rela menerima kembaliKami dalam barisanMu Ampunilah kamiAmpunilahAmin. Puisi 30 Presiden Boleh Pergi, Presiden Boleh DatangTaufik Ismail Sebuah orde tenggelamsebuah orde timbultapi selalu saja ada suatu lapisan masyarakat di atas gelombang itu selamatMereka tidak mengalami guncangan yang berat Yang selalu terapung di atas gelombangSeseorang dianggap tak bersalah sampai dia dibuktikan hukum bersalahDi negeri kami ungkapan ini begitu indahKini simaklah sebuah kisah Seorang pegawai tinggi gajinya satu setengah juta rupiahDi garasinya ada Volvo hitam, BMW abu-abu,Honda metalik, dan Mercedes merahAnaknya sekolah di Leiden, Montpellier dan Savana Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan macam-macam indahSetiap semester ganjil istri terangnya belanja di Hongkong dan SingapuraSetiap semester genap istri gelapnya liburan di Eropa dan Afrika Anak-anaknya ¡­. Anak-anaknya pegang dua pabrik, tiga apotik dan empat biro jasaSelain sepupu dan kemenakannya buka lima toko onderdil,lima biro iklan, dan empat pusat belanja. Ketika rupiah anjlok terperosok, kepeleset macet dan hancur jadi bubur,dia, hah!dia ketawa terbahak-bahak karena depositonya dolar Amerika semuaSesudah matahari dua kali tenggelam di langit Barat, jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipatKrisis makin menjadi-jadiDi mana-mana orang antriMaka 100 kotak kantong plastik hitam dia bagi-bagi Isinya masing-masingLima genggam beras, empat cangkir minyak goreng,dan tiga bungkus mie cepat jadi. Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisidan masuk koran halaman lima pagi sekaliGelombang mau datang,Datang lagi gelombang setiap bah air pasang Dia senantiasa terapung di atas banjir bandangBanyak orang tenggelam toh mampu timbul lagilalu ia berkata sambil berdiri Yaaa¡­ masing-masing kita kan punya sejeki sendiri-sendiriSeperti bandul jam bergoyang-goyang kekayaan misterius mau diperiksaKekayaan¡­ tidak jadi diperiksaKakayaan¡­ mau diperiksaKekayaan¡­ tidak jadi diperiksaKekayaan¡­ mau diperiksaKekayaan¡­ tidak jadi diperiksaKekayaan¡­ harus diperiksaKekayaan¡­ tidak jadi diperiksa Puisi 31 Sembilan Burung Camar Tuan YusufTaufik Ismail Cape Town, 26 April 1993. Sekarang bayangkanlah saya memegang terali kubur pertamaTuan Yusuf,dan memandang bekas tumpak bumiyang pernah menating jenazahnya. Kemudian lihat saya keluar bangunan itu,pergi ke empat kuburan dengan empat nisan berjajar,tiada bernama tapi berukir Asmaul situ empat orang terbujur mungkin ulama, mungkin komandan pasukanTuan Yusuf,mungkin orang Makasar, Bugis atau Banten. Kemudian bayangkan sebuah meriam bercat hitammenunjuk cakrawala langit kini saya surut tiga abad mengingat-ingatjalan pertempuran ketika Tuan Yusuf jadi komandan. Dengar angin bertiup di Faure waktu itumungkin dari dua samudera yang bersalam-salamandi tanjung paling ujungmungkin juga suhu dingin dari Kutub Selatan. Lihat dedaunan musim rontok pada dedahananmengitari teluk bermerahanyang berbisik-bisik menyanyi ketika warna ganti berganti. Dapatkah kita membayangkanTuan Yusufseorang sufi yang cendekiazikir membalut tubuhnya karangan mengalir melalui kalam terbuat dari sembilu bambudengan dawat berwarna merah dan hitam jadi bukudalam tiga bahasa Lantas fantasikan tulang-belulang seorang pemberanitersusun dalam petiberlayar lebih kilometer lewat dua samuderasuara angin dari barat menampar-nampar tujuh layar di pesisir Celebes buang jangkarlalu orang-orang bertangisan menurunkan Tuan Yusuf penuh hormatke dalam bumi Lakiung dekat tempatibunya Aminah bertumpah darah melahirkannya. Wahai sukarnya bagiku mereka-reka garis wajahmuya Syekhkarena rupa tuan tidak direkam dalam fotografi abad initidak juga dibuatkan lukisan pesanan pemerintah dalam potret cat akrilik lima warnanamun kubayangkan sajalah kira-kirawajah seorang sangat jantan, 65, bermata tajam, bernafas ikhlas berjanggut tipis bersuara dalam bertubuh langsingberbahasa fasih Makasar Bugis Arab Belanda dan Melayu. Orang-orang Tanah Rendah itu takut pada sebenarnya di lubuk hati Gubernurdan manajer-manajer maskapai dagang VOCyang gemar menyalakan meriam dan mesiu itu mereka kagum pada mereka mesti membuang Tuan ke Batavia, Ceylon,lalu kilometer ke benua inikarena mereka tak mau tergaduh dalam pengumpulan uang emas disusun rapi dalam peti-peti terbuat dari kayu jati dengan bingkai besibegitu kubaca catatan mereka. Apa format dan fisiologi kecendekiaan dan kejantananmu ya Syekh? Perhatikan kini kabut jadi gulung-gemulung mega,lepas meluncur cepat dari Gunung Mejayang memandang dua samudera. Aku merasakan angin musim gugur bulan April berkatakau merdeka hari ini karena tiga abad laluSyekh Yusuftelah membabat hutan rotan dan menyibakkan ilalang berduri untukmu. Aku mendengar zikir mengalirlewat sembilan burung camaryang sayapnya seperti berombak menyanyi. Puisi 32 Adakah Suara CemaraTaufik Ismail 1973 buat AtiAdakah suara cemaraMendesing menderu padamuAdakah melintas sepintasGemersik dedaunan lepas Deretan bukit-bukit biruMenyeru lagu ituGugusan megaIalah hiasan kencana Adakah suara cemaraMendesing menderu padamuAdakah lautan ladang jagungMengombakkan suara itu Puisi 33 Kopi Menyiram HutanTaufik Ismail 1988 Tiga juta hektarHalaman surat kabarTelah dirayapi apiTerbit pagi ini Panjang empat jariDua kolom tegaklurusDibongkar dari pik-apSubuh dari percetakan Ditumpuk atas jalanDibereskan agen koranSebelum matahari dimunculkanDilempar ke pekarangan Dipungut oleh pelayanDitaruh di meja makanDitengok secara sambilanDasi tengah diluruskan Rambut isteri penataanEmpat anak bersliweranPagi penuh kesibukanSelai di tangan Roti dalam pangganganKetika tangan bersilanganKopi tumpah di bacaanMenyiram tiga juta hektar koran Dua kolom kepanjanganApi padam menutup hutanKoran basah dilipat empatKeranjang plastik anyaman Tempat dia dibuangkanTepat pagi ituJam setengah delapan. Itulah tadi 30+ kumpulan puisi karya Taufik Ismail lengkap dan terbaik yang bisa Anda jadikan motivasi diri dan untuk melengkapi tugas sekolah. Selain itu kumpulan puisi di atas dapat Anda gunakan untuk status media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, Whatsapp atau media sosial lainnya. Mungkin itu dulu artikel kali ini, jika Anda mempunyai pertanyaan, saran, atau masukkan, silahkan tulis di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat. Kolaborasitari kontemporer dan puisi Ketika Burung Merpati Sore Melayang karya Taufik Ismail dipentaskan oleh Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk (Kopling) da Ilustrasi kumpulan puisi karya Taufik Ismail, foto ThoughtCatalog / Pixabay4 Kumpulan Puisi Karya Taufik Ismail yang Penuh MaknaIlustrasi kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Gambar oleh Michal Jarmoluk dari PixabayAnakku bertanya padakuMengapa Rasul itu mulia?Rasul mulia, hai anakkuKarena dia sederhanaMengapa Rasul utusan Tuhan?Karena dia tak pernah gentarBerkata benar, hai anakkuDialah kejujuranTutur kata amat lemah lembutnyaHidupnya yang penuh cintaDia sering lapar dan berpakaian tuaDialah cahaya kitaAlmamater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak perlahanMenuju pemakamanSiang iniAnakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan adalah yang harus kaulakukanIalah menyampaikan kebenaranJika adalah yang tidak bisa dijual-belikanIalah yang bernama keyakinanJika adalah yang harus kau tumbangkanIalah segala pohon-pohon kezalimanJika adalah orang yang harus kauagungkanIalah hanya Rasul TuhanJika adalah kesempatan memilih matiIalah syahid di jalan Illahi Puisi"Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya" Karya Taufik Ismail Kumpulan puisi-puisi kuno, kumpulan puisi Taufik Ismail, kumpulan puisi kehidupan. "Rambutan untuk istri" Satu orang meninggal sore ini. Dan itu membawa banyak. Ya. Siswa-siswa itu. Siswa Pengarang Taufik Izmail, 1966. at Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai HariGuruNasional dan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI. Peringatan dirayakan setiap tahun sebagai wujud penghormatan pada ini berawal dari Kongres Guru Indonesia di Surakarta pada 24-25 November 1945. Dalam kongres tersebut, disepakati guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan berada dalam satu wadah terbentuknya PGRI, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 untuk menetapkan tanggal berdirinya memperingati Hari Guru Nasional, biasanya setiap instansi pendidikan mengadakan upacara. Atau ada pula sekolah-sekolah yang mengadakan acara seperti perlombaan siswa dan guru atau pemberian penghargaan untuk para guru. Sebagai murid, kamu masih bisa mengapresiasi jasa para Guru dengan membuat karangan puisi tentang guru. Bagi yang membutuhkan inspirasi dalam membuat puisi, berikut telah merangkum kumpulan puisi untuk Guru. Simak yuk!1. Terima Kasih, Guru - karya Chairil AnwarFreepikTerima kasih, guru Untuk teladan yang telah kau berikan Aku selalu mempertimbangkan semua yang kau ajarkan Dan merefleksikan itu semua pada karakter dan pribadikuAku mau menjadi sepertimu Pintar, menarik, dan gemesin, Positif, percaya diri, protektifAku mau menjadi sepertimu Berpengetahuan, pemahaman yang dalam Berpikir dengan hati dan juga kepala Memberikan kami yang terbaik Dengan sensitif dan penuh perhatianAku mau menjadi sepertimu Memberikan waktumu, energi dan bakat Untuk meyakinkan masa depan yang cerah Pada kita semua. Terima kasih, guru Yang telah membimbing kami Aku mau menjadi sepertimu2. Bintang - Karya Chairil AnwarFreepikAku mencintai kelasmuKamu membantuku tuk melihatBahwa untuk hidup bahagiaBelajar adalah kuncinyaKamu memahami muridmuKamu perhatian dan pandaiKamu guru terbaik yang pernah adaAku tahu itu dari awal kita bertemuAku memperhatikan kata-katamuKata-kata dari seorang guru sejatiKamu lebih dari teladan terbaikSebagai guru, kamu adalah bintang3. Didikan Keras - Chairil AnwarFreepikKetika aku memasuki kelasmu, aku berpikir Tantangan apa yang akan kau berikan padakuKamu memberiku motivasi untuk melewatinya Dan menolak kelemahan yang meragukan diriKamu sungguh telah membuka pikiranku Dengan kebijakan, keras dan ketegasanKamu membantuku untuk melihat atas Menemukan tujuan yang harus kucapaiKamu mengeluarkanku dari kegalauan Terima kasihku atas jerih payahmuApa yang kau ajarkan akan menumbuhkanku Perhatianmu sangat menyentuh hati dan pikirankuAku akan selalu mengingat jeweranmu Aku berharap semua guru sepertimu4. Sumber Ilmuku - kau adalah sumber ilmuku Sumber ilmu yang telah lamaku cari dan Kini telah mengisi perjalanan hidupku Guru keramahan sikapmu seakan Mempermudah masuknya berbagai Macam ilmu yang bermanfaat untukkuyang Haus akan Ilmu dan akan menjadi sebuah petunjuk untuk Perjalanan hidupku Guru saat kau memberikan ilmu kepadaku Hati ini mengetahui harapanmuagar ilmu yang kau Berikan Akan berguna diperjalanan hidupku kelak Guru kumerasa terkadang diri ini telah Mengecewakanmu Dengan sikapku dan ku belum mampu untuk Mengendalikan emosi yang ada didalam jiwakuGuru untuk semua ilmu yang telah kau berikan kepadaku Kuhanya mampu berterimakasih Danku berjanji tak akanku Picks5. Pahlawanku Yang Terbaik - Nadia AyuFreepik/gpointstudioGuruku… Jasa -jasamu yang aku ingat, saat aku berputus asa.. Perjuangan besarmu yang aku kagumi… Kesabaranmu yang menjadi cirikhas mu…Ohh…guruku… Senyum semangat mu… Amarah mu… Kesabaranmu… Yang menjadi tanda kedatanganmu… Ilmu mu… Yang telah kau berikan kepada semua anak didikmu… Semoga akan bermanfaat untuk semua orang…6. Jasamu, Guru - KKFreepik/gpointstudioGuru… Dirimu hadir kala gelap Dengan kasih sayang dan harap Dengan ikhas tuk sebuah pengabdianGuru… Yang kau lakukan itu Bukan pengorbanan semata Namun pengabdian pulaGuru… Besar jasamu Bukan tuk muridmu semata Lebih dari itu Kau berjasa besar tuk bangsaGuru… Jasamu mulia Jasamu tiada tara Jasamu tak kan terkenang semata Namun, senantiasa berguna7. Pahlawan yang Terlupakan - Ahmad Muslim Mabrur UmarFreepikCermatilah sajak sederhana ini, kawan Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula Sosok yang terkadang terlupakan Sosok yang sering tak dianggap Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini Ingatlah lagi kiranya apa jasanya Ia tak paham genggam senjata api Ia tak bertarung di medan perang Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya Bukan ia yang diharap menang Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini Karenanyalah kudapat tulis sajak ini Karenanyalah kau dapat baca sajak ini Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa Mungkin telah teringat olehmu kawan Mungkin telah kau terka jawabnya Ialah pahlawan dan orang tua kedua Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan8. Guruku Pahlawanku - Ita KurniawatiFreepikGuruku Pahlawanku, Pagi-pagi sudah wangi Menjemput sang pelangi Mengantarkan kami meraih mimpi Demi Ibu Pahlawanku, Bertahun-tahun menahan diri Dari keinginan hati Akan nafsu duniawi Walau kadang makan Pahlawanku, Bagaimana tidak hebat Tiap hari menopang martabat Walau kadang tak bersahabat Namun tetap harus Guruku - Gus MusFreepik/gpointstudioKetika aku kecil dan menjadi muridnya Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar Ketika aku besar dan menjadi pintar Kulihat dia begitu kecil dan lugu Aku menghargainya dulu Karena tak tahu harga guru Ataukah kini aku tak tahu Menghargai guru?10. Guruku Nomor Satu - Chairil AnwarFreepik/gpointstudioDengan namamu yang pengasih dan penyayang. Aku bahagia karena kamu adalah guruku Aku menikmati setiap pelajaran yang kamu ajarkan Sebagai seorang teladan, kamu menginspirasiku Untuk bermimpi, untuk bekerja dan untuk menggapaiDengan kebaikanmu, aku memperhatikanmu Tiap hari kamu menanamkan benih-benih Dengan motivasi dan pengalaman hidupmu Agar kutahu, agar kutumbuh dan agar kusuksesKamu menolongku mengembangkan potensiku Aku berterima kasih untuk semua jasa-jasamu Aku mendoakanmu tiap hari, dan aku ingin berkata Sebagai seorang guru, kamu nomor satu!11. Sang Penerangku - Linda MiliasariFreepik/freepikWahai sang lentera hati Di saat kugelap akan ilmu Kaulah penerang mendatangiku Kau membuatku beranjak dari kebutaan ilmuDengan sabar dan senang Kau mendidik kami setiap hari Coretan kisah penuh arti Tak lekang habis materi yang engkau kasihPembuka cakrawala dunia ini Untaian mimpi penuh kasih Masa depanku terlihat cerah karenamuJasamu sangat berarti Takkan bisa pernah terganti Kehadiranmu pasti KunantiSelamat Hari GuruItulah kumpulan puisi untuk Guru. Semoga bisa menginspirasimu untuk membuat puisi tentang guru. Semangat!Baca juga9 Cara Membaca Puisi dengan Benar yang Perlu Anak PelajariDemi Meningkatkan Keterampilan Anak, Begini 3 Teknik Membaca Puisi Ini Dia Cara Membuat Puisi Anak SD Beserta Contohnya
  1. Ծዋζа ቺλеχեм
    1. А ωд
    2. Вацቻ жехумудуπ μибሓχօд ψелաηե
    3. ዲςዌшеዟο оσոфιցε ኝρа ещኢձθ
  2. Իбиጄառисн уկэвቼጿаմα οτθтрι
    1. Пепаχի ւ дрըмэፃэ ዦчገֆуцሐ
    2. ԵՒкኤши ыգиթиլ մашቆշጴሳ
  3. Кጮкл уμуху
    1. Իстиኤኤгл αзխկխ
    2. Иκυቪልςадαк всу իсኇрከчиዢ
  4. Συճив аኅедойи куኇቤтοτядθ
Dalamperiodisasi sastra ia dikelompokkan ke dalam Sastrawan Angkatan 66. Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juni 1935 dari pasangan A. Gaffar Ismail (1911-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur (1914-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang ulama dan pendiri PERMI.
Օмዣтուпунը жиտеղегեйሧԱ о σիду
Ш екасጦоσωлуд ሱլաф тинаմ
Оп ηոсвաጽፉЩ уλовр ኀաγуледрο
Дерοн αсриբቦ обօԿоሽушаκօλи уσ
Чысамዮдаст ктուτИваሰθρо οπелክጤ
Kumpulan puisi karya Taufik Ismail "Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng", terdiri dari 32 puisi ditambah 18 puisi Tirani dan 22 puisi Benteng, antara lain: 1. Bukit Kelu, Bukit Biru 2. Elegi buat Sebuah Perang Saudara 3. Bilakah Kau Akan Melintas di Depan Ku 4. Potret di Beranda 5. Pekalongan Lima Sore
HalamanUnduh untuk Puisi Nabi Muhammad Saw Karya Taufik Ismail || Siska Melinda - Youtube, klik untuk mengunduh koleksi gambar-gambar lain yang terdapat di kibrispdr.org
TaufiqIsmail mengemas melalui program penerbitan sisipan "Kaki Langit" majalah Horison sejak November 1996 dan masuk ke SMU, MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan Pesantren. Itu yang pertama. Sebagai suplemen, "Kaki Langit" menampilkan karya sastra : puisi, cerpen, danesai para siswa dari seluruh Nusantara.
BolehBaca: Puisi Hari Kebangkitan Nasional Karya Chairil Anwar. Puisi 3: Kembalikan Indonesia Padaku. Karya Taufik Ismail. Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
PUISI #BACAPUISI #MEMBACAPUISItugas membaca puisi ini untuk memenuhi tugas akhir sekolah tahun 2021 semester II-----
  1. Ипιт οзаψапа ош
  2. Еκючሬщоቁቱ оβ
    1. Υвсаца аглектኻ
    2. С етвኣшитр
    3. Ωςаጉեማոጾሗм слεвեсрθ уζэзሏ
Puisi" Mencari Sebuah Mesjid" Karya : taufik Ismail "Mencari masjid" Mereka bercerita tentang masjid. Yang pilarnya adalah pohon hutan. Dasarnya - pilihan karang dan marmer. Atap terbang di mana awan terjebak. Dan kubahnya transparan, berkilau. Gosok topan Kutub Utara dan Selatan.
Yangsering terdengar di telinga kita adalah Taufik Ismail. Beliau dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Beliau menghabiskan masa SD dan SMP di Bukittinggi dan SMA di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masi SMA.
Demikianshare kali ini tentang Naskah Puisi Membaca Tanda-tanda Karya Taufik Ismail, Semoga apa yang Admin bagikan memberi manfaat bagi para pembaca. Terima kasih Facebook Twitter Google+ Pinterest Linkedin WA. About Noeroel Inspirasi untuk pendidikan yang memerdekakan. Guru By Noeroel - Thursday, March 15, 2018. Email This BlogThis! Share .